SHARE

Ilustrasi | Istimewa

Bisnis Senjata

Dimensi lain dari konflik Rusia-Ukraina ini adalah kentalnya kepentingan bisnis persenjataan. Bisnis ini akan hidup ketika terjadi perang dan banyak negara merasa terancam sehingga membutuhkan modernisasi alutsista mereka.

Dalam konflik di Ukraina pun sama. Tidak ada satu peristiwa yang terjadi begitu saja tanpa adanya hubungan sebab dan akibat dengan "peristiwa-peristiwa" sebelumnya.

Setelah berbagai konflik di kawasan Timur Tengah mulai mereda, maka perlu diciptakan area baru dengan ketegangan baru dan kawasan Eropa Timur adalah jawabannya. Benua Eropa dihuni negara-negara kaya dan pastinya merupakan pasar potensial untuk bisnis senjata berskala jumbo.

AS memang sengaja menggoda Rusia agar menerkam Ukraina yang diiming-imingi keanggotaan NATO mengingat Ukraina bagi Rusia itu sama sensitifnya dengan Taiwan untuk China.

Oleh karena itu ketika Kremlin mengumumkan memulai operasi militer di Ukraina, negara-negara Eropa tercekam histeria dan merasa terancam bersamaan dengan merosotnya rasa kepercayaan terhadap Rusia.

Skenario lanjutan yang diharapkan adalah negara-negara Eropa terpancing saling lomba meningkatkan anggaran pertahanan untuk membeli alutsista terbaru dan tercanggih yang itu semua merupakan lahan gembur bagi industri militer.

Terbukti setelah merasa Eropa tidak aman lagi, Jerman menganggarkan 100 miliar Euro untuk anggaran pertahanan tahun 2022 dan selanjutnya mematok 2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk pertahanan tahun-tahun selanjutnya.

Tak mau ketinggalan Swedia. Pada 2015, anggaran militer negara itu hanya 0,9 persen dari PDB dan kemudian naik menjadi 1,3 persen PDB di tahun 2020. Namun PM Andersson menginginkan kemampuan pertahanan Swedia meningkat sehingga menaikkan anggaran menjadi 2 persen dari PDB, menyusul invasi Rusia atas Ukraina.

Kemunduran besar hubungan antara sebagian besar negara Eropa dan Rusia merupakan pendorong pertumbuhan impor senjata Eropa.

Mengutip data Stockholm Peace Research Institute yang membandingkan data 2017 hingga 2021, tatkala perdagangan global senjata utama turun 4,6 persen, negara-negara Eropa justru meningkatkan pembelian senjata mereka sebesar 19 persen yang sekaligus pula menandai kenaikan terbesar dari semua kawasan di dunia.

Sejauh ini Amerika Serikat tercatat sebagai pemasok utama alutsista bagi Eropa, terutama untuk pesawat tempur. Inggris, Norwegia, dan Belanda bersama-sama memesan 71 pesawat tempur F-35 AS. Pada 2020/2021, pesanan lebih banyak datang dari negara-negara yang merasa terancam oleh Rusia, seperti Finlandia dan Polandia masing-masing memesan 64 dan 32 pesawat F-35. Sementara itu, Jerman memesan lima pesawat anti kapal selam P-8A dari Amerika Serikat.

Dari sini sudah bisa disimpulkan pihak mana yang bakal tersenyum lebar menikmati keuntungan berlimpah tatkala konflik berlangsung lama dengan spektrum yang terus meluas. (ANT)

Halaman :
Tags
SHARE