SHARE

Istimewa

Atlet disabilitas tak dilupakan

Tak hanya peraih medali di Olimpiade, bonus miliaran rupiah juga diberikan kepada atlet-atlet disabilitas yang berprestasi di Paralimpiade. Ini dilakukan pemerintah sebagai upaya untuk menyetarakan posisi antara olahraga disabilitas dan non-disabilitas.

Posisi kesetaraan kedua kategori cabang olahraga tersebut bahkan dipertegas dalam Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang telah digodok Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dalam setahun terakhir.

DBON diluncurkan Presiden Joko Widodo tepat pada peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) ke-38 pada 9 September.

“Dalam DBON, sasaran utama kita adalah Olimpiade dan Paralimpiade. Saya menegaskan di dalam DBON ini kami memberi ruang yang sama antara cabang Olimpiade dan Paralimpiade, jadi tidak ada perbedaan lagi antara dua itu. Pemerintah memberikan kesempatan dan fasilitasi sama,” ujar Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali.

Pemerintah bertekad tak akan membeda-bedakan apresiasi dan fasilitasi antara atlet disabiltas dan non-disabilitas karena mereka sama-sama berprestasi mengharumkan nama bangsa dan negara.

Ketua Umum Komite Paralimpiade (NPC) Indonesia Senny Marbun mengaku sangat merasakan kesetaraan itu. Dia mengapresiasi perhatian Presiden Joko Widodo sehingga kontingen Indonesia bisa kembali membawa pulang medali emas di Paralimpiade setelah penantian 41 tahun.

Senny mengatakan bahwa sejak terbitnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, tidak ada lagi diskriminasi perhatian pemerintah pusat terhadap atlet disabilitas dan non-disabilitas.

Pembinaan atlet untuk cabang olahraga Paralimpiade dan Olimpiade diperlakukan setara, termasuk fasilitasi pelatnas, dukungan mengikuti kejuaraan internasional, bonus, hingga jaminan pengangkatan menjadi PNS.

“(Perhatian pusat) luar biasa. Ini juga merupakan hasil dari pemerintah pusat. Di era Jokowi ini luar biasa karena hanya Presiden Jokowi yang berani menyetarakan harga kami dengan non-disabilitas,” ujar Senny.

Senny menuturkan berkat perlakuan setara itu, para atlet disabilitas makin percaya diri untuk memberikan penampilan maksimal di berbagai kejuaraan, baik single event maupun multievent internasional.

Di tengah keterbatasan, para atlet nyatanya mampu mengharumkan nama bangsa dan negara layaknya para atlet non-disabilitas yang telah berlaga di Olimpiade.

“Dengan fisik kami yang seperti ini, kami diberi kepercayaan oleh negara untuk ikut mengharumkan bangsa ini. Jadi, kami makin percaya diri karena pemerintah memberi dukungan yang luar biasa,” ucapnya.

Hal senada disampaikan peraih dua medali emas dan satu perak di Paralimpiade Tokyo 2020 Leani Ratri Oktila. Dia mengaku sangat merasa dihargai karena pemerintah tidak membeda-bedakan antara atlet disabiitas dan non-disabilitas.

“Kami sudah merasakan kesetaraan, dan semoga ini terus berjalan,” kata dia.

Menpora Zainudin juga sebelumnya telah berjanji bahwa pemerintah tak akan membeda-bedakan jumlah bonus yang diberikan kepada atlet yang berlaga di Olimpiade dan Paralimpiade.

Jika tidak ada perbedaan, maka Leani diperkirakan bakal mengantongi bonus hingga Rp13,5 miliar berkat raihan dua emas dan satu perak di Tokyo.

Akan tetapi, berapa pun bonus yang mengalir dalam kantong, para atlet sudah seharusnya melakukan perencanaan keuangan yang baik dan benar agar tetap bisa hidup sejahtera saat sudah pensiun nanti.

Meski sebetulnya, sejak 2016, beberapa atlet berprestasi juga telah mendapat jaminan berupa pengangkatan menjadi pegawai negeri sipil (PNS) oleh pemerintah.

“Jadi, sudah tidak ada alasan untuk orang tua takut anaknya menjadi seorang atlet,” ucap Leani. 

Halaman :
Tags
SHARE