SHARE

Istimewa

Upaya untuk menggaet anak muda agar mau menekuni cabang olahraga prestasi telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia yang selalu menggelontorkan bonus bagi para atlet peraih medali dalam Olimpiade. Nominalnya cenderung bertambah dari satu edisi ke edisi berikutnya.

Pada Olimpiade Rio de Janiero 2016 saja, pemerintah berani menggelontorkan bonus dengan nilai yang fantastis, yakni Rp5 miliar untuk peraih emas, Rp2 miliar untuk peraih perak dan Rp1 miliar untuk peraih perunggu.

Nominalnya naik Rp500 juta kepada peraih medali di Olimpiade Tokyo. Indonesia bahkan masuk dalam jajaran dari 13 negara yang memberikan bonus tertinggi kepada para atlet peraih medali di ajang Olimpiade. Indonesia berada di posisi kelima di dunia dan kedua tertinggi di Asia Tenggara.

Bonus itu diberikan semata sebagai bentuk penghargaan dan ganjaran pemerintah atas kerja keras atlet. Tak hanya itu, bonus fantastis itu juga diharapkan dapat menjadi suntikan semangat dan memacu insan olahraga di Tanah Air, untuk terus berprestasi mengharumkan nama bangsa di pentas dunia.

Lebih dari itu, guyuran bonus miliaran rupiah juga diharapkan bisa membuat banyak anak muda mulai melirik olahraga sebagai profesi yang menjanjikan. Belum lagi, penghasilan tambahan dari sponsor, kerja sama eksposur, brand ambassador dan bintang iklan.

Jika ada atlet berprestasi yang kemudian hidupnya terkatung-katung dan kesulitan setelah bergelimang uang, umumnya adalah karena ketidakmampuannya dalam mengelola keuangan.

Berdasarkan hasil studi sebuah majalah Amerika Serikat Sports Illustrated, ada sekira 60 persen pemain National Basketball Association (NBA) yang bangkrut atau mengalami kesulitan finansial setelah lima tahun pensiun karena mereka tidak bisa mengelola keuangan dengan baik saat masih aktif menjadi atlet.

Pebulu tangkis Anthony Sinisuka Ginting menyadari kondisi serupa bisa saja menimpa sebagian atlet Indonesia. Anthony yang menerima bonus miliaran rupiah berkat raihan perunggu di Olimpiade Tokyo itu mengaku sangat bersyukur karena perhatian pemerintah terhadap atlet sangat baik.

Anthony sadar betul ia tidak akan bisa selamanya menjadi atlet karena setiap atlet memiliki usia emasnya masing-masing. Ia pun berencana menggunakan setiap bonus yang mengalir ke dalam sakunya untuk mempersiapkan hari tua agar tidak sengsara di pengujung usia.

“Kalau di bulu tangkis mungkin di umur 30-32 tahun sudah banyak yang pensiun. Jadi, (bonus) ini salah satu nilai tambah buat kami karena kami harus mempersiapkan hari tua,” tutur Anthony. 
 

Halaman :
Tags
SHARE