SHARE

istimewa

Cedera saraf tulang belakang (Spinal Cord Injury)

Profesor sekaligus Kepala Departemen Bedah Saraf dari State University of New York Upstate Medical University Lawrence S Chin menjelaskan bahwa cedera sumsum tulang belakang dapat terjadi akibat kerusakan pada tulang belakang, ligamen atau cakram tulang belakang atau pada sumsum tulang belakang itu sendiri.

"Cedera tulang belakang traumatis dapat berasal dari pukulan traumatis yang tiba-tiba pada tulang belakang Anda yang membuat patah, terkilir, remuk atau menekan satu atau lebih tulang belakang Anda," jelas Lawrence dikutip dari laman Mayoclinic.

Sementara cedera tulang belakang nontraumatic dapat disebabkan oleh arthritis, kanker, peradangan, infeksi atau degenerasi diskus tulang belakang.

Definisi ini sama seperti yang dijelaskan oleh Perhimpunan PERDOSSI pada 2006.

Terkait dengan kasus Laura Anna, cedera saraf tulang belakang yang dialaminya terjadi akibat kecelakaan kendaraan bermotor, sehingga disebut cedera tulang belakang traumatis.

Wawan menjelaskan ada dua kerusakan akibat cedera saraf tulang belakang. Yang pertama adalah kerusakan langsung akibat benturan atau penekanan (kerusakan primer)dan yang kedua adalah kerusakan tambahan atau sekunder.

Cedera pada saraf tulang belakang biasanya terjadi akibat trauma pada tulang belakang mulai dari leher atau servikal sampai tulang belakang sakral. Tulang yang retak atau patah akan menekan sumsum tulang belakang atau bahkan merobeknya.

Cedera saraf tulang belakang dapat saja terjadi tanpa patah tulang belakang yang jelas, namun sebaliknya seseorang bisa saja mengalami patah tulang belakang tanpa terjadi cedera tulang belakang.

"Namun, pada sebagian besar cedera saraf tulang belakang, sumsum tulang belakang tertekan atau robek. Sedangkan berat ringannya kerusakan saraf tergantung pada kekuatan penekanan saraf oleh tulang belakangnya, keras ringannya energy yang menghantam, dan lamanya penekanan atau lamanya pertolongan," jelas Wawan.

Sementara itu kerusakan sekunder dapat terjadi akibat terus berlangsungnya kerusakan primer karena kurang cepatnya pertolongan atau tidak tepatnya pertolongan. Sehingga kerusakan yang seharusnya lebih ringan, menjadi lebih berat atau menjadi permanen dibandingkan kerusakan langsung di awal cedera atau benturan.

"Karena begitu banyak kerusakan yang muncul setelah cedera awal, maka menjadi penting proses-proses kecepatan dan ketepatan penanganan untuk mempertahankan sebanyak mungkin fungsi saraf sensorik, motorik dan otonom," ujar Wawan.
 

Halaman :
Tags
SHARE