SHARE

Foto: Pikiran Rakyat

CARAPANDANG.COM - Peristiwa tertembaknya 6 orang Laskar  Front Pembela Islam (FPI) oleh kepolisian Indonesia, mengundang polemik. Wajar saja, FPI dalam konferensi pers nya menyatakan,  para pengawal Muhammad Rizieq Shihab itu tidak pernah dipersenjatai, selalu pakai tangan kosong, kata Munarman kepada wartawan.  Bahkan pada pagi hari sebelumnya, Munarman menyatakan bahwa 6 orang Laskar FPI diculik oleh preman OTK.

Sementara pihak kepolisian kepada media massa memapar peristiwa penembakan tersebut dilakukan karena jiwa petugas Polri terancam, karena 10 orang tersebut (4 orang melarikan diri) menyerang petugas dengan senjata api (3 kali tembakan) dan senjata tajam. Bukti foto mobil kepolisian ditembus oleh peluru pun dipublis beserta 2 senjata api, samurai dan senjata tajam lainnya.

Peristiwa ini tentu saja mendapatkan atensi dari pelbagai pihak, baik yang "menuduh" Polri unprofesional maupun yang mendukung tindakan tegas polri tersebut. Bahkan dari gedung DPR pun beragam pendapat disampaikan oleh politisi Senayan.

Banyak pihak berharap agar Presiden Jokowi segera membentuk tim investigasi yang bekerja secara independen agar publik mendapatkan informasi yang sesuai dengan fakta kejadiannya.

Sebelum anasir-anasir semakin meluas dan membuat kebingungan di masyarakat, sebaiknya pihak Polri segera memeriksa 4 orang Laskar yang melarikan diri. Mereka yang berada di tempat kejadian perkara selain petugas kepolisian. Pun jika FPI berniat untuk mencari kebenaran kejadian ini, maka 4 laskar mereka yang melarikan diri bisa membuat testimoni secara terbuka ke publik kronologis kejadian tanpa mengurangi, menutupi apalagi menambahi.

Paling elagan, FPI bisa membawa mereka ke Polri guna memberikan keterangan agar semakin jelas peristiwa ini. FPI yang selalu bicara taat pada aturan hukum dan selalu bekerjasama dengan aparat penegakkan hukum, saat ini, menurut saya FPI bisa menunjukkan sikapnya dengan bekerjasama dengan Polri untuk mengungkap fakta kejadian di tol Jakarta Cikampek ini. Jika ini bisa dilakukan tentu akan memudahkan bagi kita semua, terutama masyarakat untuk menilai peristiwanya sesuai dengan fakta yang ada.

Fakta-fakta yang sudah dipublis ke masyarakat baik dari Polri maupun FPI, sebenarnya akan mudah dikonfirmasi validasinya, dengan membuka semua rekaman CCTV jalan tol.

Merujuk pada keterangan Polri, tim penyelidik Polri, mengikuti rombangan FPI dari salah satu perumahan di Sentul, Kabupaten Bogor, mestinya sepanjang jalan tol tersebut ada rekaman CCTV, termasuk di jalan tol Jakarta Cikampek, dimana terjadi peristiwa yang menewaskan 6 orang Laskar FPI tersebut. Cctv bisa membantu mengkonfirmasi semua peristiwa. Misalnya rekaman yang diduga percakapan para pengawal Rizieq Shihab yang tersebar luas di masyarakat, rekaman CCTV tentu akan bisa mengkonfirmasi melalui visual kejadian saling tutup, Pepet memepet, menahan laju kendaraan dll yang ada dalam rekaman percakapan tersebut.

Selain itu tentu saja, visual di CCTV juga akan terlihat, peristiwa tembak menembak di KM 50 Tol Jakarta Cikampek tersebut. 

Saat ini, anasir-anasir bertebaran yang akan menguras energi kita di tengah belum jelasnya kapan pandemi Covid-19  akan berakhir. Ada baiknya, Polri dan FPI saling bekerjasama agar terungkap fakta sesungguhnya dari pada saling sangah dan perang opini. Jika faktanya sesuai dengan apa yang di sampaikan Polri, makanya FPI mesti mengikuti proses hukum sesuai ketentuan yang berlaku. Pun bisa menjadi bahan evaluasi dan koreksi diri bagi FPI dalam memperbaiki organisasi maupun sikapnya di masa yang akan datang.

Demikian pula jika ditemukan fakta, ada kesalahan polri dalam peristiwa ini, maka Kepolisian juga melakukan tindakan hukum yang tegas pada personilnya dan memperbaiki sistem operasi penyelidikan dan sikap anggotanya. Wallahualam  [**]

*Oleh: Mahmuddin Muslim 
PP Baitul Muslimin Indonesia