SHARE

Menurut para dokter, obat buatan Baba Ramdev belum teruji secara medis sehingga pembagiannnya adalah langkah yang gegabah.

CARAPANDANG.COM - Para dokter di India mengkritik langkah pemerintah negara bagian Haryana yang membagikan obat buatan guru yoga Baba Ramdev yang diklaim mampu menyembuhkan Covid-19.

Menurut para dokter, obat buatan Baba Ramdev belum teruji secara medis sehingga pembagiannnya adalah langkah yang gegabah.

Kritik tersebut juga merupakan respons atas pernyataan Baba Ramdev.

Pekan lalu, Ramdev mengatakan obat-obatan modern lebih banyak menyebabkan kematian dibanding menyelamatkan pasien Covid-19.

Pernyataan itu kemudian ditarik Ramdev usai dokter-dokter di seluruh India menganggap pernyataannya menyesatkan dan tak berdasar.

"Jika Pemerintah Haryana tetap melanjutkan pembagian ini, mereka yang akan rugi," ujar Sekretaris Asosiasi Medis India di Uttarakhand, Ajay Khanna, Rabu, (26/5/2021).

Langkah pembagian obat bernama Coronil itu pertama kali diungkapkan pekan lalu. Negara bagian Haryana, yang merupakan basis pedukung PM Narendra Modi, mengatakan obat itu akan dibagikan secara gratis ke pasien Covid-19.

Coronil sendiri bukan barang yang sepenuhnya baru. Perusahaan farmasi milik Ramdev, Patanjali Ayurved, sudah memperkenalkannya sejak tahun lalu dan disambut meriah oleh penggemar Ramdev.

Sorotan kepadanya bertambah setelah kabar pembagiannya beredar dan diprotes para dokter.

Ajay Khanna berkata, Asosiasi Medis India tidak akan mengambil tindakan atas rencana pemerintah Haryana membagikan Coronil.

Namun, dia memastikan pihaknya bakal memperkarakan Ramdev soal pernyataannya tentang obat modern mencelakakan pasien Covid-19.

"Ramdev adalah seorang pebisnis dan tak lebih dari itu. Untuk menjual produknya, dia mencoba mengadu domba pengobatan modern dengan pengobatan tradisional," ujar Khanna soal si guru yoga.

Konsultan Pulmonologist dari Rumah Sakit Hinduja, Mumbai, Lancelot Pinto mendukung pernyataan Khanna.

Ia berkata, sungguh berbahaya jika pasien terjebak pengobatan alternatif yang belum teruji, lebih banyak mudarat dibanding manfaatnya.

"Namun, perlu diakui bahwa pengobatan tradisional populer di banyak orang karena minimnya akses ke layanan kesehatan. Tapi, dokter berkewajiban memperingatkan bahaya dari pengobatan alternatif," ujar Pinto.

Sebagai catatan, ini bukan pertama kalinya obat atau pengobatan alternatif menjadi sorotan ketika gelombang kedua pandemi Covid-19 menyerang.

Sebelumnya, para dokter-dokter India sempat mempermasalahkan soal praktik kepercayaan kotoran sapi bisa melindungi tubuh dari Covid-19.

Menurut mereka, hal itu malah membuat warga bisa terkena penyakit lain. Per berita ini ditulis, India tercatat memiliki 27,16 juta kasus infeksi virus Corona dengan 311.000 kasus kematian akibat Covid-19.

Tags
SHARE