SHARE

Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat (istimewa)

CARAPANDANG.COM – Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat mengatakan pemahaman masyarakat tentang pencegahan dan penanganan COVID-19 harus terus ditingkatkan. Ini bertujuan untuk menekan angka kematian akibat virus yang menyerang sistem pernapasan tersebut.

"Upaya memberi pemahaman kepada masyarakat tentang apa dan bagaimana apabila terpapar COVID-19 harus segera dilakukan," kata dia melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa (3/8/2021).

Menurut Rerie, sapaan akrab Lestari Moerdijat, pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah harus memberikan sosialisasi yang mudah dipahami semua kalangan. Tujuannya agar pesan yang disampaikan mudah dipahami.

Tingkat pemahaman yang baik tentang virus corona, kata dia, akan membantu pemerintah dalam mengendalikan COVID-19. Apabila pemahaman masyarakat sangat baik, maka upaya "testing", "tracing", dan penerapan protokol kesehatan dan vaksinasi akan jauh lebih mudah dilakukan.

Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu berharap para pemangku kepentingan bisa menerapkan strategi yang tepat dalam menyebarluaskan pemahaman tentang COVID-19 kepada masyarakat.

Berbagai upaya bisa dilakukan, misalnya dengan melibatkan aparat pemerintah hingga ke tingkat rukun tetangga dan rukun warga untuk berkomunikasi intens sampai ke lingkungan keluarga, katanya.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan pada Senin (2/8), kasus meninggal akibat COVID-19 bertambah 1.568 orang. Dalam tiga hari terakhir kasus meninggal masih berada di kisaran 1.600 hingga 1.800an kasus.

Total terdapat 97.291 orang meninggal dunia akibat COVID-19 di Tanah Air sejak pandemi terjadi pada awal Maret 2020.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan penyebab utama tingginya angka kematian akibat COVID-19 karena kebanyakan pasien yang datang ke rumah sakit dalam kondisi sudah parah sehingga terlambat ditangani.

Hal itu terjadi karena kurangnya edukasi masyarakat tentang pencegahan dan penanganan COVID-19. Selain itu masih ada yang menganggap penyakit tersebut sebagai aib.