SHARE

Ilustrasi (istimewa)

CARAPANDANG.COM - Dolar AS melemah lagi di awal sesi perdagangan Asia pada Rabu pagi, memulai sesi ketiga berturut-turut di bawah tekanan karena investor lebih menyukai mata uang dan aset-aset yang lebih berisiko.

Dolar Selandia Baru menguat 0,8 persen pada Selasa (21/12/2021), hari terbaiknya sejak Oktober, pulih dari level terendah hampir setahun diperdagangkan terakhir di 0,6757 dolar AS, dan pound naik 0,46 perssen - hari terbaik dalam sebulan - terakhir diperdagangkan di 1,3267 dolar AS.

Dengan dolar juga naik 0,44 persen terhadap safe haven yen, pergerakan mata uang Selasa (21/12/2021) sejalan dengan kenaikan minyak dan kenaikan 1,6 persen dalam ukuran saham MSCI di seluruh dunia.

Akibatnya, indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, terakhir di 96,441 turun dari setinggi 96,994 minggu lalu ketika menguji tertinggi 16 bulan.

Pelaku pasar berjuang guna menunjukkan alasan yang jelas untuk sentimen "pengambilan risiko", dengan mengatakan pasar berupaya untuk menilai konsekuensi dari varian virus corona Omicron, yang mengarah ke volatilitas yang tidak sesuai musim.

Sementara minggu-minggu di kedua sisi Natal biasanya volatilitas rendah untuk mata uang dan kelas aset lainnya, analis di ING mengatakan, "Tahun ini beberapa kecenderungan musiman akan beragam dengan varian Omicron mengancam akan memaksa pembatasan baru dan pasar-pasar masih memproses seminggu penuh dengan keputusan bank-bank sentral utama."

Pekan lalu Inggris menjadi negara ekonomi G7 pertama yang menaikkan suku bunga sejak awal pandemi, dengan Federal Reserve AS juga mengisyaratkan rencana untuk mengetatkan kebijakan pada 2022 tetapi Bank Sentral Eropa hanya sedikit mengekang stimulus.

Infeksi Omicron berlipat ganda di seluruh Eropa, Amerika Serikat dan Asia, menyebabkan negara-negara di seluruh dunia mempertimbangkan pembatasan baru pada pergerakan dan menerapkan kembali periode karantina untuk pengunjung yang datang.

Halaman :