SHARE

Amien Rais (brilio)

CARAPANDANG.COM – Umurnya kini telah mencapai 73 tahun. Namun “peluru kritik” yang dikumandangkan Amien Rais tetaplah tajam. Sosok yang dijuluki Lokomotif Reformasi ini dituding oleh beberapa pihak dengan komentar-komentar yang tendensius. Amien disarankan untuk “pensiun” saja dari dunia politik dan dituding meracau terkait kondisi politik Indonesia.

Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan berkomentar keras terkait kritik Amien Rais tentang bagi-bagi sertifikat tanah yang dilakukan Presiden Joko Widodo.

"Misalnya ada senior bilang bahwa ngasih sertifikat itu ngibulin gitu apanya yang dikibulin? Sertifikat itu dulu prosesnya lama, panjang dan sedikit. Sekarang proses cepat dan banyak. Salahnya di mana? Jadi asbun aja. Jadi nggak boleh kita asal ngomong apalagi senior-senior. Dia kan 70 berapa tahun, saya kan 71 tahun juga," ujar Luhut saat memberikan pidato di Gedung BPK, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin (19/3/2018). 

"Jangan asal kritik saja. Saya tahu track record-mu kok. Kalau kau merasa paling bersih kau boleh ngomong. Dosamu banyak juga kok, ya sudah diam sajalah. Tapi jangan main-main, kalau main-main kita bisa cari dosamu kok. Emang kau siapa?" imbuh Luhut seperti dilansir Detik.

Namun Amien Rais bukanlah politikus kemarin sore yang gentar kala digertak. Track record Amien Rais memperlihatkan dialah yang rajin dan telaten mengkritik pemerintahan berkuasa. Mundur ke era Soeharto, Amien menggulirkan isu suksesi kepemimpinan. Sesuatu yang tabu dan dianggap “pemikiran berbahaya” kala itu. Ketua Umum PP Muhammadiyah (1995-1998) untuk kemudian menjadi tokoh yang benderang menyuarakan reformasi hingga akhirnya Soeharto lengser keprabon.

Menjadi Ketua MPR periode 1999-2004, tak berarti sengatan kritik Amien Rais reda. Amien pun dipandang sebagai key maker dalam pengangkatan dan penjatuhan Abdurrahman Wahid dari kursi Presiden. Era reformasi tak berarti henti bagi Amien Rais untuk beropini ataupun mengkritisi. Entah itu pemerintahan Megawati, SBY, menjadi rangkaian keberlanjutan kritik manakala tidak sejalan dengan nilai-nilai yang diusung alumnus Universitas Chicago ini.

Maka ketika di era Jokowi, kritik tajam mengalun, itu bukanlah hal yang baru.

“Ini pengibulan, waspada bagi-bagi sertifikat, bagi tanah sekian hektar, tetapi ketika 74 persen negeri ini dimiliki kelompok tertentu seolah dibiarkan. Ini apa-apaan?” kata Amien Rais.

Tentu masih ada benang merah dari kritik Amien di termin waktu sebelumnya terkait reklamasi yang dilakukan pemerintah kala itu.

“Saya sudah haqul yakin, yakinul yakin, bahwa 17 pulau palsu itu nanti memang dipersembahkan untuk kepentingan China. Untuk kepentingan ekonomi, politik, bahkan militer,” tutur Amien Rais seperti dilansir detik.

Menjadi seorang negarawan, bagi Amien Rais tak berarti hanya bicara motivasi dan hal-hal positif saja. Ia akan tetap konsisten sebagai “suara pengganggu” bagi kekuasaan.