SHARE

Ilustrasi

CARAPANDANG.COM - Sebagian pendukung klub Liga Inggris mungkin kecewa karena tak bisa menyaksikan tim mereka bertanding pekan ini akibat jadwal dimundurkan setelah pemain lintas klub dijangkiti COVID-19 yang sepertinya dari varian baru Omicron.

Bukan karena semua anggota skuad dalam klub-klub itu terpapar COVID-19, tapi mereka ada dalam klaster yang beberapa di antaranya terpapar virus penyebab penyakit COVID-19 yang amat menular tersebut sehingga harus menjalani isolasi yang tak bisa ditawar-tawar di Inggris.

Apa yang terjadi di Liga Inggris adalah satu dari sekian dampak langsung Omicron terhadap banyak aspek kehidupan di mana-mana, termasuk Inggris yang tak ingin mengulangi malapetaka awal pandemi ketika puluhan ribu nyawa manusia direnggut COVID-19.

Omicron memang membuat cemas di mana-mana, apalagi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan bahwa varian ini menyebar dalam tingkat yang tak pernah terlihat sebelum ini.

Sekretaris Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut paling sedikit 77 negara sudah terserang varian ini dan mungkin lebih banyak lagi karena banyak negara yang belum mendeteksi varian ini. Indonesia baru menemukannya 16 Desember lalu.

Omicron disebut-sebut 25 sampai 50 persen lebih menular ketimbang varian Delta, sedangkan Delta sendiri 50 persen lebih menular daripada varian Alfa yang ini pun 50 persen lebih menular dibandingkan virus awal SARS-CoV-2.

Bahkan Omicron bisa menginfeksi orang yang sudah divaksinasi dan mereka yang sebelumnya pernah terjangkit COVID-19.

Para pakar menyebutkan Omicron memperlihatkan 30 mutasi pada bagian protein lonjakan yang menutupi bagian luar virus ini yang menjadi target utama vaksin serta pengobatan seperti terapi antibodi monoklonal di mana protein yang dibuat laboratorium untuk meniru sistem kekebalan tubuh dipakai guna melawan antigen berbahaya.

Lalu, apakah varian baru ini lebih mematikan dibandingkan dengan varian-varian sebelumnya? Bukti-bukti menunjukkan hal sebaliknya.

Analisis besar pertama yang dirilis Desember ini memperlihatkan bahwa dari kasus-kasus pertama varian ini yang terjadi di Afrika Selatan, varian ini terlihat tak mematikan seperti varian Delta. Gejalanya pun ringan saja.

Jumlah yang dirawat di rumah sakit di Afrika Selatan pun hanya 29 persen dari jumlah pasien yang dirawat akibat varian Delta.

Halaman :
Tags
SHARE